Jumat, 15 Maret 2013

The Mistake


Aku melihat iPhone silverku, dan langsung lesu melihat tak ada satupun pesan atau panggilan dari Rio. Hatiku kosong begitu mengingat ini bulan ke 2 Rio pergi tour bersama bandnya. Bulan kedua dari 5 bulan yang artinya aku akan bertemu dengan Rio 3 bulan lagi.

Kuakui, aku memang kesal sejak band Rio yang awalnya dilirik orang sebelah mata kini menjadi salah satu band trendsetter. Bukan apa-apa. Aku tidak iri dengan kesuksesannya. Bagaimanapun, Rio suamiku dan aku harus mensupportnya. Tapi tidak sampai sekarang. Sampai ia tak pernah peduli lagi kepadaku.

Menurutku, pernikahan kami tidak berarti apa-apa untuknya. Pernikahan ada saat dua orang yang saling mencintai berjanji untuk saling menjaga dan menyayangi sampai mati. Juga untuk mengisi kekosongan yang ada. Tapi kini justru pernikahan itu membuat kekosongan dalam hatiku.

Ya, tak dapat kupungkiri aku merindukan Rio. Kehadirannya, senyumnya, tawanya, semuanya. Aku rindu saat ia membelai kepalaku dengan lembut dan mengatakan 'semuanya akan baik-baik saja'. Aku rindu saat bangun pagi aku melihatnya bersamaku, dan mendaratkan kecupan selamat pagi di keningku. Aku rindu semua itu..

Aku Alyssa Saufika, tapi kau bisa menyingkatnya jadi Ify. Aku pemilik 'Holy Bakery', toko roti yang sudah kurintis sejak aku masih mahasiswa. Malu sih mengakuinya.. Tapi aku drop out semester ketiga karena terlalu sibuk mengurus toko rotiku. Tidak kusangka, toko roti yang awalnya hanya kugunakan sebagai kerja sampingan kini menjadi pekerjaan tetapku. Aku sudah memiliki dua toko roti sekarang. Walaupun di kota yang sama, tapi itu cukup membuatku sibuk. Terkadang aku berpikir apa aku mirip Bill Gates atau Steve Jobs ya? Mereka juga D.O karena pekerjaan. Tapi pada akhirnya mereka berhasil belajar dari kegagalan itu dan menghasilkan perusahaan yang besar.. Waaw..

Suamiku, Rio Stevano adalah anak band terkenal. Umurnya memang sudah tidak terlalu muda lagi, tapi mukanya yang unyu-unyu itu pasti selalu bisa memikat hati tiap wanita. Itu juga yang membuatnya bisa naik daun sekarang.

Kami menikah sudah 3 tahun. Pernikahan ini awalnya berjalan lancar. Rio selalu membantuku di toko roti. Saat itu ia masih Rio yang sangat ku sayang. Rio yang selalu membuatku tersenyum. Tapi itu dulu. Sebelum semua berubah. Kini Rio itu telah berubah menjadi Rio yang selalu membuatku menangis. Rio yang jahat!

Hufftt..
Aku harus melewati satu malam lagi sendirian. Tempat tidur yang sebenarnya untuk dua orang hanya diisi olehku. Mimpi burukku akan dimulai. Mimpi buruk yang harus kulewati seorang diri. Tanpa Rio.

_______________________________________


"Pagi mba Ify.." Kata bi Suri, pembantu di rumahku.
"Pagi juga.." Balasku sambil tersenyum.
"Eh tadi malam mas Rio nelpon, tapi mbaknya udah tidur. Saya takut ngebangunin.."
"Oh, ngga papa kok bi." Kataku lagi.

Ha? Rio nelpon aku? Ada angin apa dia ingat aku? Tumben..

Kalian pasti bingung kan? Aku juga-_-"

Aku sudah mulai berpikir kalau aku adalah nomor dua dihidup Rio. Bandnya selalu menempati nomor satu. Mungkin juga aku nomor tiga.. Atau empat?
Ah, aku ngga peduli. Dia bukan Rio-ku lagi. Dia Rio milik bandnya. Aku tidak mau berharap banyak. Aku hanya ingin dia selalu di sisiku.

My Husband is calling...

"Hallo" kataku.
"Hallo.. Ify?" Tanya orang di sebelah sana.
"Iya. Ada apa Yo? Tumben inget aku.." Kataku dengan suara bergetar. Perih rasanya mengucapkan kalimat itu. Seperti mengingatkanku kalau Rio tak pernah lagi memperhatikanku.
"Ify.. Jangan ngomong gitu dong.."
"Lah emang kenyataan kan? Kamu ngga pernah lagi inget sama aku. Bahkan cuma untuk sekedar ngirim sms selamat malam aja kamu ngga sempat. Kamu ngga tau kan, aku butuh kamu di sini? Kamu ngga tau betapa menderitanya aku sendirian!" Kataku. Tak terasa setetes cairan hangat mengalir di pipiku.
"Ify.. Aku selalu inget sama kamu. Aku tau kalo kamu lagi nangis. Aku tau kamu lagi sedih. Aku tau. Tapi aku minta maaf, aku ngga bisa di samping kamu. Aku ngga bisa pulang sekarang. Band masih perlu aku Fy." Kata Rio.
"Oh, jadi band perlu kamu dan kamu anggap aku ngga perlu kamu? Ya udah. Fine. Nikah aja sama band kamu itu!" Kataku lagi.

Rio terdiam. Akupun terdiam.
Untuk beberapa saat, keheningan menyelimuti kami. Aku masih terisak karena baru saja meluapkan segala perasaanku pada Rio. Segalanya.

"Aku selalu kesepian Yoo.. Rasanya hidup aku tuh kosong.. Rumah ini cuma gedung! Bukan rumah yang sesungguhnya. Aku pengen rumah yang ada kamu Yo.. Rumah yang bisa jadi tempat kita sama-sama. Kamu selalu pergi-pergi. Sedangkan aku? Aku selalu sendirian di sini Yoo..!!" Isakku.
"Aku janji, aku akan selalu di sisi kamu.." Kata Rio.
".. Tapi ngga sekarang." Lanjutnya.
Aku masih diam mendengarnya. Jahat. Kejam. Aku ngga mau lagi dengar semuanya!

"Ify.. Aku dipanggil teman-temanku. Aku ngga bisa lama-lama telpon kamu lagi. Udah ya." Rio memutuskan hubungan telpon.

Aku masih diam. Tidak bisa menerima kenyataan yang harus kuterima. Aku sedikit bergeming, lalu aku merasakan rasa sakit yang luar biasa menjalar di kepalaku. Kuputuskan untuk kembali ke kamar, menutupi diri dengan selimut, dan bersembunyi dari kenyataan pahit yang ada di depanku.

_______________________________________

Kulewati hari-hariku di toko roti. Setidaknya dengan mengontrol bisnisku, aku bisa melupakan si kejam itu untuk beberapa saat. Tapi, sekeras apapun aku berusaha melupakan segala kelakuan Rio, aku tetap saja menangis.

Setiap kali aku sampai di rumah, kesunyian selalu menyergapku. Kesepian. Keheningan. Kesendirian.
Tidak bisa kupungkiri aku merindukan si kejam itu. Si kejam yang selalu menorehkan rasa sakit di hatiku. Si kejam yang adalah suamiku sendiri.

Kadang aku pergi ke restaurant fast food, lalu melihat sangat banyak pasangan di sana, dan itu mempengaruhi moodku. Aku langsung teringat Rio, dan sifat melankolisku kembali. Aku akan menangis terus seharian, mengingat kondisi pernikahanku dengan Rio. Kalau aku sudah merasa tenang, aku berendam berjam-jam di kamar mandi sampai tertidur.

Pernah juga aku melewati SMA Cempaka II, tempat kami bertemu. Teringat kembali saat kami masih belum menjadi 'orang', dan untukku itu adalah saat-saat paling bahagia dalam hidupku. Bersama orang yang kucintai dan mencintaiku, kami menjalin sebuah hubungan yang indah.

Sekali lagi kukatakan, tapi itu dulu..

_______________________________________

3 bulan berlalu..

Aku sengaja meliburkan diri sendiri -_-" untuk menyambut pagi ini. Pagi pertamaku dengan Rio, suamiku tercinta.

Pagi-pagi sekali aku sudah menyiapkan makanan untuk Rio-ku tercinta. Hehehe.. Aku sudah sadar sekarang. Mungkin selama ini aku terlalu egois memikirkan diriku sendiri. Aku memang membutuhkan Rio. Tapi Rio lebih dibutuhkan lagi oleh bandnya.

Aku tidak boleh berpikir kalau Rio tidak menyayangiku lagi. Rio bukan hanya milikku pribadi. Ia milik semua orang. Aku harus menerima semua ini. Yah, walaupun aku harus kesepian terus.. -_-

Pukul 8.00 tepat, Rio bangun.
Ia mengucek-ngucek matanya, lalu mengacak rambutnya sendiri. Hahaha.. Kebiasaannya setiap bangun tidur :D

"Pagi sayang.." Kata Rio mengecup keningku.
"Pagi juga.." Balasku tersenyum ke arahnya.
"Tadi pas bangun aku nyariin kamu loh. Bingung aku karna kamu ngga ada di sampingku. Eh ternyata istriku tercinta lagi buat makanan toh.. Hehe.." Kata Rio sambil terkekeh.

"Yo, duduk. Mari kita makan." Kataku.
"Hahaseekk.. Makan masakan istri pasti enak. Selama ini aku makan di warung selalu masakan istri orang lain. Sekarang, masakan istri sendiri. Mantap!!" Kata Rio sambil menuang nasinya. Ia mengambil lauk yang sudah kusediakan, lalu makan dengan lahap sampai mulutnya penuh. Haha :D

"E..hak hang..het.. Fy!!" Kata Rio.
Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata Rio. Ini adalah Rio-ku. Rio yang kusayang. Rio yang selalu bisa membuatku tersenyum. Rio yang kucintai.

"Fy, ntar malam kita dinner ya.. Itung-itung nebus kesalahan aku sama kamu.. Kan selama ini aku udah sering banget ninggalin kamu. Jadi ntar malam aku mau luangin waktu untuk kamu." Kata Rio.

Luangin waktunya cuma ntar malam? Selama ini kamu terus biarin aku sendirian dan dibayar cuma dengan satu malam?

Ett!! Ify stop berpikir kaya gitu! Rio udah mau luangin waktu untuk kamu, dan kamu ngga boleh marah-marah. Ok Ify! Jangan marah-marah.

"Oke Yo. Paling nggak aku bisa dapetin waktu kamu sedikit," kataku tersenyum pahit.
Aku ngga bisa membohongi hatiku sendiri kalau aku kecewa sama Rio.
Aku yang selalu sendirian selama ini hanya akan ditemani satu malam saja.
Bagaimanapun juga Rio itu suamiku. Masa waktunya ngga bisa ia lowongkan sehari saja bersamaku? Keterlaluan.

"Fy, aku udah selesai makan. Makasih ya makanannya. Enaaakkk banget.. Oh iya, aku janji latihan sama band jam 9. Ga papa yah? Kamu ngga marah kan?" Tanya Rio.

Hatiku langsung jatuh.
Jadi Rio bangun pagi, meluangkan waktu 15 menit bersamaku, lalu pergi beberapa jam latihan dengan bandnya, dan dengan entengnya dia berkata 'kamu ngga marah kan?'

Aku marah! Tentu saja!
Aku sudah meluangkan waktu satu hari untuk bisa sama-sama Rio, tapi dibalas kaya gini. Dibalas dengan milih bandnya.

Huffttt.. Aku tak tahu harus berkata apa lagi untuk meredakan emosiku. Aku hanya diam dan membereskan bekas makanan kami berdua tanpa menjawab pertanyaan Rio. Dengan cueknya, Rio pergi dan berganti baju.

Dia benar-benar seperti manusia ekspress. Dalam beberapa menit saja sudah mandi, rapi, dan siap pergi latihan.
Tapi kalau pergi denganku, sejuta alasan yang ia berikan. Sakit perutlah, pusinglah, ngga mood lah.
Aaaahhh!!! Menyebalkaaaannnn!!!

_______________________________________

Author P.O.V

Rio sampai di tempat latihannya. Ia memakai baju kaus putih dibalut rompi hitam, dan celana berwarna biru. Benar-benar cocok dengannya. Itu semua membuat para gadis yang berpapasan dengannya terbelai. Entah terbelai karena perawakannya, karena wajahnya, atau karena wangi parfumnya.

Rio memasuki ruang latihan dengan tampang lesu. Entah kenapa ia memiliki firasat yang membuatnya gelisah. Firasat tentang suatu hal buruk yang akan terjadi. Entahlah.

Rio menggeleng-gelengkan kepalanya dan mencoba menghilangkan firasat buruk itu. Tapi tetap saja hatinya tidak tenang.

Selama latihan, Rio tidak bisa fokus. Sudah berulang kali ia melakukan kesalahan. Ia jadi seperti orang linglung yang tak tahu mau berbuat apa. Hatinya tertekan. Rasanya seperti dikejar-kejar sesuatu yang abstrak. Tidak tahu apa wujud sebenarnya.

Satu perasaan bersalah tiba-tiba muncul dalam dirinya. Perasaan bersalah karena..

Rio berusaha mengingat-ingat kesalahan apa yang ia perbuat hari ini. Semuanya berjalan dengan lancar dan sempurna. Latihannya dengan rekan bandnya berjalan lancar walaupun ia melakukan beberapa kesalahan. Ia tidak merasa melakukan sesuatu yang buruk hari ini. Tidak sampai..

Beth I hear you calling
But I can't come home right now
Me and the boys are playing
And we just can't find the sound

Just a few more hours
And I'll be right home to you
I think I hear them calling
Oh Beth what can I do

You say you feel so empty
That our house just ain't our
home
I'm always somewhere else
And you're always there alone

Just a few more hours
And I'll be right home to you
I think I hear them calling
Oh Beth what can I do

Beth I know you're lonely
And I hope you'll be alright
'Cause me and the boys
Will be playing all night

Alunan lagu berjudul 'Beth' mengalun di telinga Rio. Lagu yang mengingatkannya pada seseorang.. Seseorang yang ia cintai..

'Kamu ngga pernah lagi inget sama aku. Bahkan cuma untuk sekedar ngirim sms selamat malam aja kamu ngga sempat. Kamu ngga tau kan, aku butuh kamu di sini? Kamu ngga tau betapa menderitanya aku sendirian!'

Rio terdiam..

'Aku selalu kesepian Yoo.. Rasanya hidup aku tuh kosong.. Rumah ini cuma gedung! Bukan rumah yang sesungguhnya. Aku pengen rumah yang ada kamu Yo.. Rumah yang bisa jadi tempat kita sama-sama. Kamu selalu pergi-pergi. Sedangkan aku? Aku selalu sendirian di sini Yoo..!!'

Rio masih terdiam. Tanpa disadarinya, ia masih merekam kata-kata Ify saat ia sedang tour. Ify yang mencintainya.. Ify yang menyayanginya.. Ify yang selalu berkorban untuknya. Tapi.. Ia sendiri tidak pernah membalas perasaan orang yang sudah tulus menyayanginya itu. Ia malah menyakitinya dan membuatnya nangis.
Kini ia menyadari kenapa hatinya tidak tenang.
Karena dia sudah salah besar menelantarkan istrinya itu sendirian selama ini. Ia tidak bisa membayangkan apa yang telah Ify rasakan selama ia tinggal. Kesunyian, kesepian, kesendirian. Ia telah bersalah membiarkan Ify merasakan hal itu.

Rio mengacak-acak rambutnya. Ia merasa sangat gundah. Bingung. Gelisah.
Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menebus kesalahannya. Satu malam saja sudah pasti tidak cukup. Ia sudah meninggalkan Ify berbulan-bulan!

"Wey Yo! Nape lo?" Tanya Gabriel, rekan satu bandnya.
"Ngg.. Gue lagi kepikiran Ify nih.." Kata Rio.
"Hah? Istri lo kenapa?"
"Gue merasa bersalah udah ninggalin dia lama banget. Terus pas gue pulang gue malah ngga ada waktu buat dia. Gue emang suami paling bodoh!" Kata Rio mengumpat dirinya sendiri.
"Weettsss!! Jangan gitu dong. Lo emang punya band. Punya kerja. Punya semuanya. Tapi itu semua ngga akan lengkap tanpa istri lo. Coba lo inget, dulu siapa yang selalu support lo waktu kita belum terkenal?" Tanya Iel.
"Ify"
"Siapa yang selalu masakin lo tiap pagi?"
"Ify"
"Siapa yang selalu mijit lo kalo cape?"
"Ify"
"Nah. Yang ngisi hari-hari lo itu Ify, sob! Jangan sia-siain dia gitu aja." Kata Gabriel.
"Iya, gue juga ngerasa bersalah banget, makanya ntar malam gue mau sempatin dinner ma dia."
"Hah? Satu malam aja?"
"Iya" jawab Rio.
"Ify itu istri lo apa simpanan lo sih?" Tanya Iel.
"Maksud lo?"
"Iya. Dia istri lo, tapi lo perlakukan kaya simpanan lo. Cuma luangin waktu satu malam buat dia padahal lo udah ninggalin dia lama banget. Lo ngga bayangin apa, tiap malam dia nungguin lo? Tiap malam dia berharap lo pulang dan meluk dia? Dia itu istri lo sob! Bukan simpanan. Dia berhak milikin waktu lo. Bukan kita-kita aja. Dia lebih berhak dari kita. Dan lagi ntar kalo kita udah ga tenar, siapa lagi yang mau sama lo? Fans lo? Engga kan? Pastinya Ify! Mulai sekarang jangan bikin dia sendirian lagi" Kata Iel.

Rio sadar. Ia benar-benar panik sekarang. Ia tak tahu harus bagaimana.

Ia meraih hapenya, lalu dengan cepat ia menelepon Ify. Beberapa nada sambung terdengar, dan..

"Hallo"
"Hallo Fy? Maaf yah aku selama ini udah jahat ma kamu. Aku sadar aku selalu ninggalin kamu. Aku tau aku ngga pernah sediain waktu buat kamu, padahal kamu istri aku. Maafin aku Fy.. Aku masih mau sama-sama kamu. Di samping kamu. Mulai sekarang aku akan selalu di samping kamu. Aku akan selalu sediain waktu buat kamu." Kata Rio tanpa putus.

Tidak terdengar suara apa-apa di seberang sana. Hanya terdengar helaan nafas panjang, lalu..

"Iya Yo. Aku ngerti kok. Kamu ngga usah kaya gitu. Band kamu lebih butuh kamu dibanding aku. Aku kan bukan apa-apa. Ngga usah maksain diri ya. Aku tau ujung-ujungnya kamu bakal ninggalin aku lagi." Kata Ify pahit.

Kata-kata Ify menusuk hati Rio.
Jadi, selama ini seperti itukah yang Ify rasakan dengannya? Ia bahkan sudah siap seandainya Rio tidak memperdulikannya lagi. Ia bahkan berpikir kalau sebaiknya Rio tak menganggapnya.

'Ya ampuunn!! Berapa besar dosa yang sudah kubuat sampai istriku sendiri berkata seperti ini? Bodoh kamu Rio! Bodoh!' Rutuk Rio dalam hati.

"Ify.. Dengerin aku. Aku sadar kalo aku udah jahat sama kamu. Aku udah sadar Fy. Aku minta maaf banget ama kamu karena sikapku selama ini." Kata Rio.

Rio menunggu jawaban dari Ify.
1 detik..
2 detik..
3 detik..
4 detik..

5 detikpun berlalu tanpa ada jawaban dari Ify. Ia diam. Tak tahu kenapa.

"Yo.." Kata Ify akhirnya bersuara.
"Iya?" Kata Rio.
"Kamu jahat!!"
"Kenapa?"
"Kamu udah ninggalin aku selama ini. Kamu udah ngga peduli sama aku lagi. Dan karena itu, aku udah mencoba supaya ngga nganggep kamu dengan semua kelakuanmu itu. Aku coba untuk lupain kamu. Tapi kenapa sekarang kamu minta maaf? Kenapa Yo?! Kenapa kamu berubah kaya gini disaat aku udah mulai bisa lupain kamu? Jangan ngasih aku harapan kosong lagi Yo.. Kumohon.. Aku ngga mau sakit hati lagi Yo.." Kata Ify terisak.

Sekarang Rio benar-benar merutuki dirinya sendiri. Ia telah menyakiti, bahkan menghancurkan hati orang yang justru benar-benar ingin ia jaga. Suatu kebodohan besar.

"Ify.. Mulai sekarang, aku pasti luangin waktu buat kamu. Aku ngga akan ninggalin kamu sendiri lagi. Aku akan obati luka dihatimu. Dan aku mohon.. Jangan lupain aku. Aku sayang banget sama kamu Fy.. Aku ngga mau kita pisah. Aku pasti berubah untuk kamu." Kata Rio.
"Janji?"
"Iya, janji. Ntar malam, besok, lusa, minggu depan, sampe selamanya, aku akan di samping kamu." Kata Rio lega mengetahui bidadarinya sudah memeaafkannya.
"Ya udah. Asal ngga kamu langgar. Kalo kamu ninggalin aku sampe lama banget, inget ya! Tak sunat ntar." Kata Ify.
"Iya ibu boss.." Kata Rio terkekeh.
"Aku ngga mau dinner." Kata Ify tiba-tiba.
"Terus?"
"Ntar malam, jam 7 datang ke taman RiFy. Kalo ngga, ku ceraiin!!" Kata Ify memutuskan sambungan telepon.

Rio tertawa mendengar kata-kata istrinya. Paling tidak ia sudah bisa merebut kembali hati malaikat kecilnya, dan ia akan selalu menjaga hati itu. Hati itu terlalu rapuh. Sangat rapuh. Kalau dibiarkan sejenak, hati itu akan pecah berkeping-keping dan Rio tak ingin hal itu terjadi.
_______________________________________

07.48 PM

Ify mematut dirinya sekali lagi di depan cermin. Dress biru dengan paduan legging hitam membuatnya terlihat lebih muda dari umur sebenarnya -.-
Ia tersenyum mengingat kencan pertamanya dengan Rio. Kencan yang ia lewati dengan setelan yang ia pakai sekarang. Kencan yang membuatnya melayang setiap mengingatny.  Saat-saat bahagia bersama orang yang kini sudah menjadi suaminya terasa takkan pernah sirna.

Ify memanggil taksi yang lewat di depan rumahnya, dan bergegas ke taman RiFy.

Sesampainya di taman..
Ify melihat ke kiri dan ke kanan untuk memastikan apakah Rio sudah datang.
Walaupun sudah mengitari taman itu berkali-kali, ia tetap tak bisa menemukan sosok Rio di situ. Harapan besar menghabiskan malam bersama orang yang ia sayangi kini semakin memudar. Ia tahu hal ini akan terjadi. Rio takkan mungkin menelantarkan bandnya hanya untuk bertemu Ify.

"Kamu pembohong Rio," kata Ify.

Ify menunggu di tengah gelapnya taman. Seorang diri. Tanpa seseorang yang bisa menemaninya.


Sementara itu, Rio...

"Yak!! Tu wa ga pat!!" Teriak Cakka, vokalis band Sky.
Suara bass Cakka terdengar diiringi kerasnya musik rock.
Terlihat Gabriel dan Alvin adu bermain gitar, Ray asyik menggebuk drum, dan..
Di sana ada Rio dengan gitar bassnya. Ia terlihat sangat semangat memainkan alat musik listrik itu tanpa mengingat janjinya pada Ify.

Ya, janji yang sudah ia buat untuk meminta maaf pada istrinya itu ternyata hanya bohong belaka. Ia tak ingat sama sekali pada janji itu. Janji yang sudah membuat istrinya menunggu sendirian di taman.


Bukan, maksudku tidak sendirian..


Di taman..
Ify menapaki jalan berbatu di taman RiFy dengan tetesan air mata yang mewakili rasa kecewanya.
Kecewa karena ia sudah terlanjur percaya pada janji muluk Rio.
Kecewa karena ia sudah jatuh pada pesona Rio.
Kecewa karena ia tidak bisa menolak ajaran Rio.
Kecewa karena... RIO.


Deegggg

Bulu kuduk Ify berdiri. Ia merasa tidak aman. Ia merasa.. Sedang diikuti.

Ify segera meraih handphonenya. Setelah menekan nomor Rio, ia segera meneleponnya.

Satu panggilan..
Dua panggilan..
Tiga pan panggilan..
Empat panggilan..

Tidak ada satupun yang mengangkatnya. Tidak ada Rio di sana. Tidak akan ada.

Putus asa karena tidak ada yang menjawab teleponnya, Ify beralih mengirim pesan singkat ke Rio. Ia mempercepat jalannya dan berharap agar jalan keluar sudah dekat, tapi harapannya tidak terkabul. Pintu keluar taman itu masih jauh di depan. Mustahil terjangkau hanya dalam beberapa menit.

Ify berjalan semakin cepat.. Semakin cepat.. Semakin cepat..


Taman RiFy, 8.39 PM

GRASAAKKK

Ify kaget. Ia tak tahu suara apa itu, dan ia tidak mau tahu. Ia terus saja mempercepat langkahnya dan terus berharap dalam hati agar ia bisa keluar dari taman itu sesegera mungkin.


Terdengar jelas suara langkah kaki orang di belakangnya. Suaranya seperti sepatu kets yang diseret-seret. Mungkin remaja yang kebetulan lewat taman itu.  Tidak. Lebih besar dari sekedar remaja iseng yang lewat. Mungkin pegawai kantoran. Atau...

"Ehemm.."

Suara deheman itu mengagetkan Ify. Ia tau kalau yang sedang berjalan di belakangnya bukan laki-laki biasa, tapi lelaki bertubuh kekar dengan suara bass.

Ify semakin mempercepat langkahnya. Ia tak ingin terjadi apa-apa malam ini. Ia terus berharap agar Rio muncul di depannya dan melindungnya dari perasaan takut ini. Ia terus berharap, tapi..


"Uang atau nyawa?"
Tiba-tiba Ify merasa sesuatu yang tajam telah menorehkan goresan kecil di lehernya. Rasa pedihnya ia tahan, tapi rupanya ia tak dapat menahan air matanya. Mulutnya dibekap oleh laki-laki itu. Kini hanya satu nama yang memenuhi otaknya. Rio.

Ify tidak mau tinggal diam. Ia menyikut perut laki-laki itu, lalu mencoba melarikan diri. Tapi tampaknya laki-laki itu tidak akan membiarkan mangsanya kabur begitu saja. Ia mengejar Ify yang sudah lari, dan hanya dalam satu gapaian Ify sudah ada dalam cengkeramannya lagi.

"Umpphh!! Mpphh!!" Ify tak bisa bernafas karena mulut dan hidungnya ditutup oleh laki-laki itu. Kini tangannya ditahan, dan itu artinya ia tak mempunyai kesempatan untuk melarikan diri lagi.
"Kamu rupanya pengen mati cepet ya?" Kata laki-laki itu.
Sekilas Ify melihat sosok orang yang membekapnya itu. Lengannya bertato, badannya besar, dan memakai masker. Rupanya wajah aslinya tak ingin ia perlihatkan pada siapapun. Tampangnya seperti preman.
Bukan, dia memang preman.

Mendengar kata-kata lelaki itu, Ify segera memberontak. Ia bergerak kesana kemari, berusaha melepaskan diri dari preman itu.

Begitu tangannya lepas, ia merasa puas karena berpikir masih ada peluang untuk lari. Ia merasa puas tanpa sadar pisau lipat sang preman sedang melayang ke arah perutnya.

JLEEBBB

"Aaaaa...."

Terdengar rintihan seorang wanita yang kesakitan. Nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya penuh keringat, sementara darah segar mengalir dari perutnya.

_______________________________________

"Loh, Ify mana bi?" Tanya Rio pada pembantunya.
"Belum pulang, mas. Tadi mbaknya pergi kayaknya ke pesta, habis bajunya bagus gitu.." Kata bi Suri.
"Hah? Yah ampun!! Aku kan ada janji sama Ify! Bi, tunggu bentar ya. Saya mau ke Ify dulu." Kata Rio lalu berlari ke arah taman RiFy.

Sesampainya di taman RiFy,

Rio mencari kesana kemari, tapi ia tidak melihat tidak ada Ify di mana-mana.
Ia berlari ke setiap bangku, tapi hasilnya tetap saja, NIHIL.
Ify tidak ada di mana-mana.

Rio mengambil handphonenya, hendak menelepon Ify. Namun, sesaat sebelum ia menelepon..

14 missed call 'My Wife'

From: My Wife
Rio, kamu di mana?

From: My Wife
Kamu di mana Yo?

From: My Wife
Yo, aku udah nunggu kamu 2 jam.. Datang dong..

From: My Wife
Rio, aku ngerasa ngga aman di taman sendirian. Aku pulang ya.. Kita ngerayain hari kencan pertama kita di rumah aja..

From: My Wife
Yo, ada orang yang ikutin aku. Aku takut banget..

Cukup sudah. Rio tak tahu harus bagaimana sekarang. Ia benar-benar lupa kalau dia ada janji dengan Ify. Ia benar-benar lupa kalau hari ini adalah peringatan kencan pertamanya dengan Ify. Ia benar-benar lupa.

Dan..

Apa? Ify diikutin orang? Ya ampun.. Jangan sampe Ify..

Rio segera berlari mengelilingi taman mencari Ify. Ia berteriak memanggil Ify, namun tetap saja tidak ada jawaban dari orang yang ia cintai itu. Ia terus berlari, memanggil, dan berteriak. Berharap kalau teriakannya itu akan didengar Ify dan mereka bisa bersama lagi, meyakinkan diri kalau semuanya baik-baik saja.

Saat sedang mencari Ify di sekitar kolam, ia menemukan iPhone silver Ify dipinggiran kolam ikan itu. Tanpa pikir panjang Rio melepas rompinya, menggulung celana panjangnya, lalu masuk ke dalam kolam itu.

Ia meraba-raba dasar kolam yang hanya selutut itu mulai dari pinggiran sampai ke tengah kolam. Ia tak peduli dinginnya suhu malam itu ataupun terpaan angin yang membuatnya menggigil. Ia hanya tahu satu hal. Ia harus menemukan istrinya, Ify, dan memastikan kalau semuanya baik-baik saja.

Tidak mendapatkan hasil yang dicarinya, ia pun keluar dari kolam. Saat ia memakai rompi, ia melihat 'sesuatu' di bawah bangku kolam tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan cepat ia menghampiri 'sesuatu' itu, dan..

Benar saja.
Wajah cantik yang selama ini membuatnya tergila-gila ada di situ, tapi dalam keadaan pucat pasi. Dingin. Dan tak bernyawa.

Rio membalikkan tubuh Ify yang saat itu ditelungkupkan, dan melihat ada bekas tusukan di dress yang dikenakan Ify. Di mulut dan telinga Ify terlihat bekas darah segar yang setengah kering, serta sedikit memar di wajahnya.

Rio mengusap wajah pucat itu dengan penuh kasih sayang dan penyesalan diiringi tetesan air mata. Wajah cantik yang memar itu seakan menolak permintaan Rio untuk menjadikan semuanya baik-baik saja.

Tangan Rio bersimbah darah. Ia tak tahu harus berbuat apa.
Sekarang ia menyesal. Sangat menyesal. Menyesal mengingat apa yang telah ia perbuat pada Ify sampai Ify seperti ini.

Ia hanya bisa menggendong tubuh indah tak bernyawa itu diiringi tetesan air mata. Sekarang tak ada yang memerlukan penyesalannya lagi. Penyesalan itu sudah terlambat. Sangat terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar